kedai estetik
berbahasa dengan jujur

Ahid hidayat

AKULAH IKAN

Akulah ikan, sial dan bodoh
Terjebak dimakan umpan
Akulah ikan, tergopoh
Diperdaya sedap santapan
Dan sepanjang garang hari
Kau tarik alur pancing
Dan di karang-karang mati
Aku terbentur terbanting-banting



Read On 0 komentar

La Ode Balawa

DEMI PENDIDIKAN ANAK-ANAKKU


Demi pendidikan anak-anakku
relakan aku pergi merantau
melintasi tujuh pulau
tujuh selat
tujuh samudra

demi pendidikan anak-anakku
kulihat tangis rindu anak istriku
yang tertinggal di pantai
kuhempas segala cintaku
pada segala angin terus menderu
pada segala ombak terus berdebur
pada segala badai terus melintas

duhai anak-anakku
demi Tuhan yang ayah ajarkan
jangan lupa sampaikan rinduku
pada debur ombak belakang rumah kita
pada ibumu yang menanti di pantai

bila pelayaran ini tak sampai anak-anakku
sampaikan pada ibumu
agar mau melepas rindunya
kepalung yang paling dalam
karena cintanya
telah kuukir di kaki langit

Kendari, Desember 2002



Read On 0 komentar

WA ODE RIZKI ADI PUTRI

LAPULU

Lapulu kantung bermata sayu
Tanah cerah penyaksi silsilah
Searus angin Moramo dan Pantai Nambo

Diantara kirmizi getah jati
Memancar airmu
Yang berkecipak mimpi-mimpi

Seraya memeluk teluk Kendari
Kau bersandar pada gurauan sunyi Abeli
Hanya pada wajahmu
Waktu menenun pagi begitu putih
Disesaki mitos tak berkesudahan
Dari kompleks warga transmigrasi

Sore hari ditemani nyanyian burung Jikki
Senja berbenah begitu merah
Seperti kasumba di warung Masnunana


Masih kugenggam kenangan
Yang kau sulam tiap malam
Tentang tembang kesayangan nenek
Dan parang asahan kakek

Lapulu senyum ibuku
Pada dangkal dermaga rentamu
Kutemukan kedalaman puisiku



Read On 0 komentar

DEA ANUGRAH

Lahir di Pangkalpinang, Bangka Belitung, 27 Juni 1991. Menulis puisi, cerpen dan esei dalam Bahasa Indonesia. Tulisan-tulisannya dipublikasikan di sejumlah media cetak, antara lain: Sinar Harapan; Bali Post; Jurnal Bogor; KR Bisnis; Minggu Pagi; Bali Bicara; Buletin Hysteria; Radar Tasikmalaya; SK Priangan. Serta beberapa antologi. Namun, secara pribadi lebih suka "bermain" di media cyber. Kuliah di Fakultas Filsafat UGM dan menetap di Jogjakarta. Buku kumpulan puisinya yang sudah terbit: "Penyair (itu) Bodoh"(Greentea, 2009). Bergiat di Komunitas Sastra Rawarawa.




Sepasang Baling Baling


Abang tukang mainan
Lewat di depanku
Ia belumterlalu tua, mungkin sebaya ayahku
Wajahnya tampak lelah, berpeluh
Berdebu
Tapi senyumnya ramah
Sampai-sampai aku pun tahu dua giginya ompong

Ia menyapaku
Aku mengajaknya beristirahat sejenak
Sejenak saja
Jujur saja, aku tak tega melihatnya
Tapi ia menolak
Katanya : “anakku belum makan”
Kulihat arloji jam empat sore

Ah, aku iba
Kubeli sepasang baling baling darinya
Ia berterima kasih, lalu pergi, kembali menjaja dagangannya
Jadilah balin baling itu ku bawa dalam tasku

Tapi kemarin aku kehilangan sepasang baling baling kesayanganku
Lebih tepatnya kukasihkan ke orang lain
Seorang anak kecil
Ia meminta dariku
Saat kutanya untuk apa, ia tak menjawab
Sudalah kuberikan saja
Tapi aku penasaran juga, kuiti anak itu
Cukup jauh hingga sampai di komplek perkuburan yang dinamai “orang miskin orang pinggiran”
Ia mencari cari sebuah kubur
Diamdiam kuikuti terus
Hingga kulihat ia berhenti di samping sebuah kuburan sederhana
Yang agak jauh dari kuburan lainnya
Dekat situ ada baliho besar tertuliskan, “rakyat melarat, sampah masyarakat”
si anak tersenyum pada (kuburan itu)
sayup terdengar : “ayah, ini kubawakan sepasang baling
baling untukmu,moga kamu tak kesepian lagi.
Ah, aku sebaiknya pergi saja
Pulang ke tubuhku
Tubuh anak itu




sumber biografi :DEA ANUGRAH

Ulasan puisi :
PESAN MORIL SEPASANG BALING-BALING KARYA DEA ANUGRAH
Oleh: Sitti Rahmawati (A1d1 09 070)
Read On 0 komentar

Alexander Elizabeth

seorang penyair, eseis, dramawan, dan guru lahir di New York City dan dibesarkan di Washington, DC. Alexander memiliki derajat dari Yale University dan Boston University dan menyelesaikan PhD-nya in English at the University of Pennsylvania. dalam bahasa Inggris di University of Pennsylvania. Most recently, she composed and delivered “Praise Song for the Day” for the inauguration of President Barack Obama. The poem has recently been published as a small book from Graywolf Press. Baru-baru ini, ia dibuat dan dikirimkan "Pujilah Song untuk Hari" untuk pelantikan Presiden Barack Obama. Puisi baru-baru ini telah diterbitkan sebagai sebuah buku kecil dari Graywolf Press. In addition, she has published five books of poems: The Venus Hottentot (1990), Body of Life (1996), Antebellum Dream Book (2001), American Sublime (2005), which was one of three finalists for the Pulitzer Prize and was one of the American Library Association's “Notable Books of the Year;” and her first young adult collection (co-authored with Marilyn Nelson), Miss Crandall's School for Young Ladies and Little Misses of Color (2008 Connecticut Book Award). Selain itu, dia telah menerbitkan lima buku puisi: The Hottentot Venus (1990), Badan Kehidupan (1996), mewah Dream Buku (2001), Amerika sublim (2005), yang merupakan salah satu dari tiga finalis untuk Penghargaan Pulitzer dan salah satu dari American Library Association's "Kitab terkenal Tahun;" dan muda dia koleksi pertama dewasa (ditulis bersama Marilyn Nelson), Miss Crandall Sekolah Young Ladies dan Little Misses Berwarna (2008 Connecticut Book Award). Her two collections of essays are The Black Interior (2004) and Power and Possibility (2007), and her play, “Diva Studies,” was produced at the Yale School of Drama. Her dua koleksi esai adalah The Interior Hitam (2004) dan Power dan Kemungkinan (2007), dan bermain-nya, "Studi Diva," diproduksi di Yale School of Drama.

Professor Alexander is the first recipient of the Alphonse Fletcher, Sr. Fellowship for work that “contributes to improving race relations in American society and furthers the broad social goals of the US Supreme Court's Brown v. Board of Education decision of 1954.” She is the 2007 winner of the first Jackson Prize for Poetry, awarded by Poets & Writers, Inc. Other awards include a National Endowment for the Arts Fellowship, two Pushcart Prizes, the George Kent Award, given by Gwendolyn Brooks, a Guggenheim fellowship as well as the Quantrell Award for Excellence in Undergraduate Teaching at University of Chicago. Profesor Alexander adalah penerima pertama dari Fletcher Alphonse, Sr Fellowship untuk pekerjaan yang "memberikan kontribusi untuk meningkatkan hubungan antar ras di masyarakat Amerika dan yang lebih jauh dari tujuan sosial yang luas dari Mahkamah Agung Amerika Serikat Brown v. Dewan Pendidikan tahun 1954 adalah keputusan." Dia 2007 pemenang Penghargaan Puisi Jackson pertama, diberikan oleh Poets & Writers, Inc penghargaan lainnya termasuk Sumbangan Nasional bagi Seni Fellowship, dua kereta dorong Hadiah, George Kent Award, yang diberikan oleh Gwendolyn Brooks, sebuah persekutuan Guggenheim serta Quantrell Award untuk Keunggulan dalam Pengajaran Sarjana di Universitas Chicago. She is currently chair of the African American Studies Department at Yale University. Saat ini ia adalah ketua Departemen Studi Afrika Amerika di Universitas Yale.












LAGU PUJIAN HARI INI

Setiap hari kita menjalani kesibukan masing-masing, melewati satu sama lain,
kadang sekilas menatap dan kadang tidak, kadang ingin bicara dan
kadang tidak. Di sekitar kita hanya bunyi-bunyian berbagai macam, nenek
moyang kita di ujung lidah masing-masing. Seseorang sedang menjahit hem,
menambal lubang pada seragam, menambal ban, memperbaiki hal-hal
yang perlu diperbaiki

Di suatu tempat seseorang sedang mencoba membuat musik
Dengan sendok kayu, tong minyak, dengan cello, radi, harmonika, suara

Seorang wanita dan anaknya sedang menunggu bus

Seorang petani sedang merenungkan perubahan langit
Seorang guru berkata, “Keluarkan pinsilmu dan mulai.”

Kita saling berjumpa dalam kata-kata. Kata yang tajam maupun lembut
Dibisikkan maupun dideklamasikan.
Kata-kata untuk dipertimbangkan ulang dan ditimbang ulang

Kita menyebrangi jalanan, menandai keinginan seseorang dan orang
banyak yang berkata, “Saya harus melihat apa yang ada di sebelah
sana; saya tahu ada hal yang lebih baik di ujung jalan.”

Kita harus menemukan tempat di mana kita merasa aman
Kita selalu berjalan ke suatu hal yang tidak bisa kita lihat

Katakan dengan gamblang, bahwa telah banyak yang meninggal untuk
hari ini. Nyanyikanlah nama para arwah yang telah membawa kita kemari.
Mereka telah memasang rel kereta, mendirikan jembatan, memetik
kapas dan selada; dan mereka yang telah menyusun bata demi bata
Membangun menara-menara bersinar tempat mereka bekerja dan yang
selalu mereka rawat dan bersihkan

Lagu pujian untuk perjuangan, lagu pujian hari ini Lagu pujian
untuk setiap reklame yang ditulis tangan; pergunjingan di meja dapur

banyak yang menjalankan hidup dengan motto:
“Cintai tetanggamu sebagaimana kau mencintai dirimu sendiri.”

Sementara orang lain berikrar untuk tidak menyakiti siapa pun, atau
untuk tidak mengambil lebih dari yang dibutuhkan

Bagaimana kalau cinta adalah kata yang paling kuat, cinta melebihi
perkawinan, kekeluargaan, kenegaraan. Cinta menyinari kita semua
Cinta tanpa perlu keluhan

Pada sinar cahaya yang benderang ini, udara musim dingin ini,
apapun bisa dibuat, segala kalimat bisa dimulai

Kita berada di ujung, di tepi, awal–Lagu pujian untuk berjalan
maju ke dalam cahaya

Terjemahan: Leon Agusta
puisi yangdibacakan penyairnya pada pelantikan Presiden Barack Hussein Obama, 20 Januari 2009, Washington DC.

















sumber biografi


Sumber Puisi : Buku rumahlebah ruangpuisi 02 terbitan Komunitas rumahlebah Yogyakarta 2085-0999 Framepublishing halaman 111-112
Read On 1 komentar

Iwan Konawe

lahir di Kendari tahun 1978. Menggaa Lighting [Penata Lampu] Teater Sendiri ini pernah mengecap bangku kuliah di UNM-Makassar Jurusan Sendratasik angkatan 1999. Namun, saya ramalkan bakal tak selesai-selesai. Makanya lebih baik cepat mengundurkan diri sebelum diundurkan, katanya sambil tertawa. Bersama TS, ia pentas dalam beberapa event kesenian. Mengikuti Malam Bulan Puisi-Teater Sendiri 2004 & 2005, dan Pembacaan Sajak Akhir Tahun Teater Sendiri 2005, Temu Sastra Kepulauan dan Kampung Budaya IV 2004 di Topejawa-Takalar, DKM-BKKI Takalar-Makassar. Selama empat bulan, magang di Gedung Kesenian Jakarta bagian Tata Cahaya dan Artistik, kerjasama Yayasan Kelola-GKJ. Karya puisi pria Konawe (Tolaki) yang suka bertualang ini, terdapat pada Antologi Bersama Sendiri, Sendiri 2, Kumpulan Sajak Pembacaan Sajak Akhir Tahun-TS 2005, Malam Bulan Puisi [Teater Sendiri], dan Majalah Gong Yogyakarta. Kini menetap di Kendari sambil sesekali bertualang ke Uepai.


MENCARI RUMAH DALAM PETA JAMAN

I
Jalanan yang berkerikil yang mengarah kerumah
Tidak lagi kutemukan pada peta yang berdebu
Warna-warni didalam peta telah kelabu
Dari pergantian pembangunan baru
II/
Kupacu jarak peta kembara
Menembus pulhan kilometer kota-kota rumah took
Merasukin ratusan nama-nama jalan
Mejejaki setiap lorong yang ditunjukkan mata angin
Mencari perladangan penduduk
Yang konon mau menampung pengembara waktu
Seapa adanya dengan perjamuan-perjamuan ikhlas
(dan tak ingin kusia-siakan bara yang memerah didada meski ia menyisa abu)
Perempuanku
Belum kutemukan pula rumah tenteram
Seperti kau ceritakan dalam lagumu semalam
Juga malam tempo lalu
III/
Debu
Kawali aku
Berlagu melayani waktu
Meski telah tiba sendu
Debu
Kemari
Denganku
Kita mencari
Yang mengantar kau ketubuh ini
Yang mengantar aku kenegri buta ini.

Kendari,2007




sumber biografi
Read On 0 komentar

La Ode Gusman Nasiru

La Ode Gusman Nasiru, lahir di Bau-Bau 18 Juni 1989. Pria yang giat mengikuti perkembangan sastra dalam berbagai diskusi pertemuan sastra ini, giat menulis cerpen dan puisi. Beberapa karyanya termuat di Fajar Online, Dinamika (Bandar Lampung), Kendari Pos (Kendari), Timur Merdeka (Kendari), dan Tabloid Oase (Kendari). Puisinya dimuat dalam antologi puisi “Pagi yang Mendaki Langit” (Mahasiswa Kelas Menulis Kreatif 2009) dan “Dua Sisi Mata Cinta” yang memuat puisi sebagai juara pertama dan cerpen sebagai juara ketiga. Cerpen “Merah Hujan Senja” menjadi Juara I Sayembara Cerpen Antinarkoba Provinsi Sulawesi Tenggara. Kini tengah menempuh pendidikan S1 pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Haluoleo, Sulawesi Tenggara. Menetap di Jln. Bunga Matahari 1, Lr.1, No.1, Kelurahan Lahundape, Kendari Barat, Kendari, Sulawesi Tenggara. (085241537923)













BUKIT PASIR SAJADAH YOHANA
Karya: LD. Gusman Nasiru

Seperti sayap jibril meranggas meenuhi bukit pasir yang gigil dihujani malapetaka.
Terpintal doa-doa yang terlampau kental sebagian menukil dari ayat kitab berleleran
memenuhi Gaza. Jalur ini membangun terusan air mata dari bahsa jerit kanak-kanan.
Sebagian menepi pada aroma darah. Sebab pembantaian adalah maut yang berlari
disetiap perbatasan siang dan malam.
Tepi barat. Mereka mengirim celaka disetiap ledakan rudal. Melenyapkan kampung
halaman para babi dari peta dunia apa yang lebih keu pahami selain kematian yang
amis disitu mereka telah membangun seribu prasasti depan pintu surga.
Betapapun yag menyeret diri menunjuk angka malam desembeli hak lupa mengiri setitik
harapan disela-sela aroma tangis dan jerit kematian yang telah terduga dan malu ini
kami jinjing di atas kepala memperhatian kepada dunia bahwa kami berhasi terusia
dari kami sendiri.
Jangan lupa menyapa tanah kami disetiap shalat yang kau rancang di atas sajadahmu,
Yohana.
-Ahlan wa sahlan-
03:28 a.m.
23-04-09


Ulasan puisi:
JALAN DI BALIK “BUKIT PASIR SAJADAH YOHANA” KARYA LD. GUSMAN NASIRU
Oleh: Egan Sumaria (A1D1 09 015)






AROMA PESTA DEMOKRASI


Sebentar lagi pesta itu datang. Orangorang menunggunya
tidak dengan menyiapkan kostum pangeran dan cinderella
negeri dongeng atau air mata yang mengkristal menjelma sepatu kaca.
Sambutan tak begitu beda dengan keriuhan gemerlap menyambut hilal pada pintu ramadan yang penuh syukur.
Kami terlambat pada satu nasib yang sama. Melarat. Maka janji yang diteriakkan lantang menantang matahari membawa kami ke alam mimpi dangan imajiimaji liar tentang masa depan dan kebahagiaan.
Kami semakin terharu menyaksikan orangorang memakai topeng berubah figur
menguasai tiap kolom media masa mengumandangkan sumpah tentang
perubahan lebih agung dari ayat kitab suci atau seruan tuhan lewat sengau azan hingga denting lonceng yang murni.
Di setiap simpangan dengan atau tanpa traffic light
mereka akan menjadi pusat rotasi yang menarik setiap mata meliriknya.
Seperti terhipnotis kami mengucap syukur atas senyum yang terukir lembut depan pipih baliho atribut kampanye yang menambah riuh meriah pemandangan kota.
Serta kerelaan segenap jiwa raga mereka yang sanggup berkorban mennyogokkan sembako
dan hidup serba gratis atau pidatopidato argumentatif yang berebut
menendang gendang telinga membawa kami berdiri tepat di titik garis khayal.
Hingga parahnya, kami tak mampu membedakan bisikan setan yang terkutuk
dengan satu dua sisa kemanusiaan yang mereka tinggalkan.
Ini bukan kejutan atau hujatan. Sungguh. Atau berangkali kami terlampau bodoh
tak mampu memahami visi-misi jangka panjang maupun pendek
yang dirancang begitu rupa yang sebenarnya akan membahagiakan hidup kami kelak?
Barangkali iya. Karena yang buat orangorang yang konon inteligen dan berhati mulia seperti kapas,
yang justru membentangkan jarak sejauh dua kutub bumi dengan kami yang berbau karingat dan lengket daki di setiap julur lengan dekil kami.

Kalau begitu, sekali ini saja pasang telinga baik-baik. Kami tak akan kenyang dengan senyuman.
Anakanak kami tak akan tertidur dengan lelap dengan lantunan janji kosong.
Kami tak lagi dungu-barangkali-dan mampu dikibuli dengan kekuasaan dan imingiming.
Kami masih punya tuhan di sana yang mendengar segala derita dan keluhan. Maka berjalanlah sesuai mau kalian, tapi camkan, kami tak akan melongo dan tinggal diam jika kalian macammacam!

Kendari, 27 Maret 2009



Read On 0 komentar

Zainal Surianto Wau

lahir di Kondongia, Raha–Muna , Sulawesi Tenggara, 22 Mei 1988. Pria berhobi menulis cerpen dan puisi ini kini tengah menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Universitas Haluoleo Kendari. Saat ini dia tergabung dalam Komunitas Arus Kendari dan sedang bekerja sebagai staf redaksi Tabloid OASE (Pers Mahasiswa). Juara III Lomba Baca Puisi pada PESTA Unhalu 2008. Juara II Lomba Cipta Puisi pada PESTA UNHALU dan PEKAN SATRA 2010. Beberapa dari sajaknya dimuat pada Harian Kendari Pos, Tabloid OASE, Antologi Puisi Pagi yang Mendaki Langit (Mahasiswa Kelas Menulis Kreatif 2009) dan Antologi Puisi Bersama Dari Butuni Ke Jembatan Rindu (Komunitas Arus, 2008).E-mail: zhay_nals@yahoo.co.id.




SENANDUNG KEMATIAN

Tak tertakar waktu ketika engkau berhasil menganyam langkah
Menapaki jejalan kampung renta menyisahkan jejak di pedalaman keruh
Di bawah langit kesumba tua yang telah selesai menyibak senja

Hampaan huruf-huruf namamu
Menenggelamkanku pada rindu pusaran tanah kelahiran
Juga wajah yang kau kenakan setiap pagi datang
Ronanya memancar menyepuh kaca-kaca jendela hatiku
Mengusir sepi pada kemayu sapa dan lakumu

Oo, mungkin saja kau mensketsa inginku disetiap lakon
Mimpi-mimpi yang tak pernah selesai aku perankan sejak subuh tadi
Hingga kau melabuhkan duka lewat siulan burung-burung
Mencipta senandung kematian

Kini waktu berhenti tepat semua musim menyatu
Saat jerit tangis maut bernyanyi, mengalun
Jauh menyelusup dikedalaman matamu



ZHETA

kau namai dirimu lukisan
jalan menuju mata hatiku

Kendari, Maret 2009

.
Read On 0 komentar

Syaifuddin Gani


Syaifuddin Gani lahir di Kampung Salubulung, Mambi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat, 13 September 1978 dari pasangan Abd. Gani Djalil dan Siti Maryam. Menamatkan SD tahun 1993 di Salubulung, SMP tahun 1994 di Mambi,dan SMA tahun 1997 di Polewali, Sulawesi Barat. meraih gelar sarjana di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Haluoleo pada tahun 2002. pengenalannya dlam dunia sastra diawalinya sejak bergabung di Teater Sendiri Kendari tahun 1998. Bersama Teater Sendiri, telah melakukan pertunjukan teater antara lain di Raha, Uepai, Unaaha, Kendari, Banjarmasin, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Taman Budaya Solo, Lembaga Indonesia Pransic Yogyakarta, dan Pusat Bahasa Jakarta. Mengikuti kegiatan Temu Sastra Kepulauan dan Kampung Budaya IV di Takalar tahun 2004, Pesta Penyair Nusantara di Medan tahun 2007, dan Kongres Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kudus tahun 2008. Puisinya diantologikan pada antologi bersama Sendiri (Kendari), Sendiri 2 (Kendari), Malam Bulan Puisi (Kendari), kumpulan sajak tunggal Perjalanan (teater sendiri Kendari), antologi bersama Kendari (Kantor Bahasa Kendari), Ragam Jejak Sunyi Tsunami (Kantor Bahasa Medan), Medan Puisi (Labsas Medan, 2007), Antologi Penyair Nusantara 142 Penyair Menuju Bulan (KSSB, Kalsel 2006), Bunga Hati Buat Diah Hadaning (Jakarta), Tanah Pilih (Jambi), Wajah Deportan (Banjarbaru), Pedas Lada Pasir Kuarsa (Bangka Belitung), dan Rumpun Kita (Malaysia). Sajak-sajaknya dimuat di Horison, Harian Republika, Harian Seputar Indonesia, Harian Lampung Post, Majalah Gong Yogyakarta, Sultra Pos, Harian Pedoman Rakyat Makassar,Fajar Makassar, Pikiran Rakyat, Jurnal Lembah Biru, Jurnal Sundih Bali, Radar Sulbar, Majalah Annida, Jurnal Puisi Sumbawa, Ruang Puisi Rumah Lebah, Situseni.com, Majalahimajio.com, dan Harian Analisa Medan. Esainya dimuat di Kendari Pos, Kendari Ekspres, Mediasastraindonesia.com, dan Penyairnusantara.com.
Bekerja di Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara. Bulan Agustus 2009, mengikuti Perogram Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) bidang Esai. Memiliki satu istri dan satu anak yang keduanya sangat dicintai. Alamat kantor, Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Jalan Haluoleo Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231Telepon (0401) 3005581, 3005584; Faksimile (0401) 3005581



TEPI HAYAT

jantungku angin mataku langit
seribu taifun mortir aku sejuta pasir

ledakan-ledakan kepala menyoraki gaza
aku seliat baja engkau sebetulnya busa
dari mulutmu luka dirajah tuba

di liang-liang pasir tepi barat
meletus anyir sampai ke tepi hayat

aku kembali ke tengah mayat
dalam baiat dalam rakaat berpeluru safaat
kusongsong engkau sampai tepi kiamat

kau renggut tanah darah
kau reguk kembali di cangkircangkir neraka

nyala yang tumbuh di gaza
nyawa yang subur di palestina

Kendari, 23 Januari 2009





Sumber biografi :
1) http://penyairnusantarasulawesitenggara.blogspot.com/2007/10/syaifuddin-gani.html
2 ) http://poetikaonline.com/2010/03/sajak-sajak-syaifuddin-gani/



Sumber pusi:
Read On 0 komentar

Bode Riswandi

Bode Riswandi kelahiran Tasikmalaya, 6 November 1983. Bergiat di Komuntas Azan, Sanggar Sastra Tasik (SST), Rumah Teater, dan Teater 28. Menulis puisi, essi, dan naskah drama. Beberapa karyanya dimuat di Pikiran Rakyat, Majalah Syir'ah, S.K. Priangan, Tabloid MQ, Puitika, Lampung Pos, Bali Pos, Koran Mingguan, Majalah sastra Aksara, Jurnal Bogor, Tribun Pontianak, Tabloid Oase, Dll. Kini mengajar di FKIP Bahasa dan Sastra ndonesia Universitas Tasikmalaya (Unsil).









TEH POCI DAN KAMAR KECIL BUAT AFRIZAL MALNA


Aku tuangkan teh. Sajakmu kurendam
Merembes ke dalam cangkir jadi abu di tangan sepi
Di kamar engkau menggonggong. Kamar yang melapisi
Sejarah binal, antara dirimu dengan sekelompok pilihan kata
Di sini telah terjadi perseteruan. Aku sembunyi
ke kamar kecil mengetuk kamarmu yang abu-abu
Sajakmu telah jadi gula pasir dalam cangkir
Aku menyeduh teh. Barangkali kutemukan
sejarah yang terusir
Amat manis gula pasir sajakmu. Lidah ngilu ngecap
Langit lindap. Ini cuaca turun dari keningku
Tiang-tiang hujan diberdirikan. Tempurung dikebalkan
alamat tafsir para pencari rahim dari hutan belukar
Dan di kamar kecil, kamarmu masih abu-abu
Seteruku berkobar sampai di wastafel
Keringatku remuk sebesar biji timun. Kran sengaja
Kuputar deras, dan aku berenang dalam cangkir
Gaya punggung, kupu-kupu, serta tengkurap aku coba
Terakhir aku menggonggong sendirian seperti anjing
di kamar kecil.


Sumber Biografi : Buku Mendaki Kantung Matamu terbitan Ultimus Cetakan 1, Februari 2010 97-602-8331-17-3 halaman 84
Sumber puisi : ibid halaman 27


Read On 0 komentar

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Zona Kendari

Sign by Danasoft - Get Your Free Sign


Kedai Estetik : Berbahasa dengan jujur.

merupakan ruang publikasi Mahasiswa | Program Mata Kuliah kajian Puisi tahun 2010/2011 | Program Studi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | Universitas Haluoleo | Kendari Sulawesi Tenggara Indonesia.

facebook

Recent Comments kedai estetik